Gempa Bumi Magnitudo 7,2 Guncang Taiwan, Gedung-Gedung Ambruk di Hualien
3 April 2024
Pada Rabu pagi yang tenang, 3 April 2024, kedamaian Taiwan tergoncang oleh guncangan dahsyat sebuah gempa bumi dengan magnitudo 7,2. Episenter gempa terletak di perairan lepas pantai timur Pulau Taiwan atau di wilayah timur Hualien. Wilayah yang menjadi pusat gempa ini merupakan daerah yang relatif padat penduduk, dengan sekitar 300.000 orang tinggal di Kabupaten Hualien. Lokasinya juga dekat dengan Ngarai Taroko, salah satu tujuan wisata terkenal di Taiwan.
Guncangan gempa tersebut menyebabkan gedung-gedung bertingkat di wilayah Hualien ambruk. Foto-foto dramatis yang menggambarkan bangunan-bangunan yang runtuh segera tersebar luas di media sosial, menciptakan gelombang ketegangan dan keprihatinan di seluruh negeri. Salah satu gedung yang menjadi sorotan adalah kompleks apartemen berlantai sembilan yang dilaporkan ambruk akibat kekuatan gempa yang dahsyat. Tidak sedikit orang yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan tersebut, membutuhkan bantuan segera dari petugas penyelamat.
Selain kerusakan fisik yang cukup parah, gempa bumi ini juga memicu peringatan ancaman tsunami di beberapa negara, termasuk Taiwan, Jepang, dan Filipina. Badan Cuaca Pusat Taiwan segera mengeluarkan peringatan tsunami, meminta warga di wilayah pesisir utara pulau untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi guna menghindari bahaya potensial dari gelombang air laut yang mengamuk.
Tak hanya itu, gempa ini juga terasa hingga ke Shanghai, China, menurut laporan seorang saksi mata yang dikutip oleh Reuters. Guncangan yang terasa kuat ini memicu kepanikan di kalangan penduduk, dengan banyak yang berusaha menyelamatkan diri dan mencari tempat yang aman. Berbagai rekaman video amatir yang beredar di media menunjukkan momen-momen ketika gempa terjadi, seperti kabel listrik yang bergoyang keras di atas jalan, lampu gantung yang berayun di dalam restoran, dan air yang tumpah dari akuarium.
Pemerintah Taiwan segera mengambil langkah-langkah tanggap untuk menangani dampak dari gempa ini. Militer diturunkan untuk membantu dalam operasi penyelamatan dan bantuan kepada korban. Selain itu, warga setempat juga berperan aktif dalam membantu mereka yang terperangkap di dalam reruntuhan bangunan. Namun, tantangan besar tetap ada karena kondisi cuaca yang mungkin memperburuk situasi serta kebutuhan akan peralatan dan sumber daya yang memadai untuk penyelamatan.
Sejarah gempa bumi memang tidak asing bagi Taiwan, sebuah pulau yang terletak di Cincin Api Pasifik yang dikenal sebagai salah satu daerah dengan aktivitas seismik dan vulkanik yang tinggi. Sebelumnya, pada tahun 1999, Taiwan dilanda gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang berpusat 93 mil (150 kilometer) selatan Taipei. Gempa itu mengakibatkan kematian 2.400 orang dan melukai 10.000 lainnya, menjadikannya salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah negara tersebut.
Tidak hanya itu, gempa bumi juga pernah melanda Hualien pada tahun 2018 dengan kekuatan 6,2 skala Richter. Gempa tersebut menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai lebih dari 300 lainnya. Kabupaten Hualien, yang merupakan rumah bagi sekitar 300.000 orang, sering kali menjadi sasaran gempa bumi karena letak geografisnya yang rentan terhadap aktivitas seismik.
Meskipun Taiwan telah berusaha membangun infrastruktur yang tahan gempa, namun fenomena alam ini tetap menjadi ancaman yang nyata bagi keamanan dan kesejahteraan penduduknya. Dengan gempa bumi kali ini yang merupakan yang terkuat dalam 25 tahun terakhir, Taiwan diingatkan kembali akan kebutuhan akan persiapan dan respons yang cepat dan efektif dalam menghadapi bencana alam semacam ini di masa depan.
Dalam suasana keprihatinan dan ketegangan pasca-gempa ini, masyarakat Taiwan bersatu untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada mereka yang terkena dampak. Solidaritas dan kekuatan bersama di tengah cobaan ini diharapkan dapat membantu memulihkan kembali daerah yang terkena dampak serta memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam di masa mendatang.